Kamis, 09 Mei 2013

menelisik buruh wanita dalam kacamata perspektif gender

         Dalam dunia ini banyak para pemikir mengenai bagaimana sebenarnya masyarakat bisa menciptakn dan mengkontruksikan peran antara laki laki dan perempuan terhadap  peran dan statusnya sebagai manusia yang seharusnya mendapatkan sebuah keadilan yang sama dalam setiap posisi, namun pada kenyataanya sebauh kontruksi dari mayarakat ini sendiri secara langsung membawa para kaum wanita pada sebuah jurang yang seharusnya tidak mereka alami. ketidak adilan yang menimbulkan sebuah batasa batasan antara yang dianggap tabu dan tidaknya telah membutakan banyaknya nilai dan norma yang diciptakan bersifat buta dan mandul, artinya nilai dan norma itu tidak dapat menjarah lebih jauh bagai mana nilai dan norma itu dapat menjunjung peran antara laki laki dan perempuan.banayak faktor yang sangat mempengaruhi terjadinya ketidak adilan pada wanita dimana faktor ini menjadi salah satu yang bisa dikatakan penyebab yang memiliki andil besar dalam menimbulkan permasalahan pada kaum permepuan,  salah satunya tidak bisa dipungkiri mengenai budaya patriarkhi didalam masyarakat diamana Budaya patriarki yang merupakan budaya dimana lelaki mempunyai kedudukan lebih tinggi dari wanita. Dalam budaya ini, ada perbedaan yang jelas mengenai tugas dan peranan wanita dan lelaki dalam kehidupan bermasyarakat,hal inilah yang sebenarnya salah satu budaya masyarakat yang menimbulkan keterbatasan dalam akses wanita dimasyarakat.

         menyinggung lebih dalam lagi mengenai keadilan dan ketidak adilan gender pada buruh perempuan yang dikatakan bahwa dalam situasi dimana buruh masih dianggap sebagai subordinat terhadap pengusaha dan pemerintah maka yag paling menderita adalah buruh permepuan yang rata rata terserap dalam industri padat kerja. banyak studi yang mengatakan bahwa relokasi industri munafaktur terutama industri padat kerja seperti industri tekstil garmen, makanan minuman, dan elektonika, yang banyak menjadi tulang punggung industrialisasi ini dibanyak negara berkembang , berbanding lurus dengan angkatan kerja perempuan, berusia muda, berpendidikan rendah, berupah lebih rendah dari laki laki untuk pekerjaan sejenis , dan dari keluarga miskin dipedesaan yang menjadi korban revolusi hijau ( green revolution).

              buruh perempuan mengalami ketidak adilan sosial berlipat kali dibandingkan dengan ketidak adilan sosial yang dialami oleh buruh laki laki, karena disamping ketidak adilan sosial yang dialami oelh buruh laki laki, buruh perempuan masih mengalami ketidak adilan sosial karena mereka perempuan. untuk mencapai sebuah keadilan sosial dapat terwujud kalau dalam masyarakat telah tercipta keadilan pada umumnya yaitu keadaan dimana setiap orang memperoleh bagian yang sama dari kekayaan kita bersama.ketidakadilan gender yang berlaku bagi buruh perempuan dapat dilihat dari kenyataan dilapangan bahwa mereka terkonsentrasi pada industri padat kerja yang dalam studi ini adalah industri ini adalah industri tekstil dan garmen , dengan jam kerja yang panjang , membosankan dan, penuh dengan limbah industri (udara yang penuh butiran air untuk menjaga kelembabpan benang dan butiran serat kapuk) dan upah rendah. dengan demikian industri telah memnciptakan sexual of labor yang baru yaitu pekerjaan ringan di industri padat kerja yang penuh limbah dengan upah murah adalah pekerjaan buruh perempuan.

banyaknya angkatan kerja perempuan masuk kesektor industri dengan upah murah  dapat dijelaskan dengan model  segmented labor market yang tercipta dari dua sisi yaitu sisi penawaran dan sisi permintaan dari cabang industri tertentu hanya merekrut segment populasi perempuan -karena sesuai dengan stereotip yang digambarkan bahwa perempuan teliti,nrimo, tidak rewel, dan lain lain. dari sisi penawaran, pertama, dalam pasar tenaga kerja kelebihan angkatan kerja perempuan dari pada permintaan. kedua, diskriminasi seksual sebagai manifestasi ketidakadilan gender yang memberi status inferior pada perempuan telah membuat harga buruh perempuan lebih murah dari pada burh laki laki. Disamping itu, khususan biologis perempuan seperti haid, hamil, melahirkan, dan  menyusui menyebabkan labor turn over, buruh perempuan tinggi sehingga pengusaha lebih memilih pekerja laki laki, kecuali pekerja perempuan mau diupah rendah.

kenyataan yang dihadapi dunia kerja saat ini mengisyaratkan bahwa meskipun arus perempuan meninggalkan sektor domestik meningkat denga tajam, tetapi status dan nasib perempuan didunia kerja tidak mengalami perubahan. penyebabnya adalah pertama karena idiologi gender,kedua , karena sistim produksi dalam masyarakat. masyarakat dengan ekonomi kapitalis menyebabkan kondisi buruh perempuan yang menyedihkan karena adanya hambatan struktural sebagai akibat dari ketimpangan kekayaan , pendidikan, ketrampilan dan akses padapeluang kerja.

analog dengan fakta fakta diatas , maka ketidakadilan gender yang didertia oleh buruh perempuan disebabkan oleh : pertama , ideologi gender; kedua, struktur kekuasaan  dalam masyarakat; dan ketiga, sistim produksi yang didukung oleh sistim hukumnya. ketidakadilan gender merupakan akibad dari sistim dan struktur dimana baik laki - laki dan perempuan menjadi korban dari sistim dan struktur tersebut. ketidak adilan gender yang lahir dari perbedaan gender termanifestasi dalam pelbagai bentuk ketidak adilan yakni: marjinalisasi atau proses pemiskinan ekonomi, subordinasi  atau anggapan tidak penting dalam keputusan politik , pembentukan stereotip atau melaui pelabelan negatif , kekerasan(violent), beban kerja lebih banyak dan lebih panjang (burden), serta sosialisasi nilai peran gender.

buruh perempuan memahami bahwa norma norma bias gender yang berlaku dimasyarakat ternyata juga diadobsi oleh pabrik, posisi perempuan yang tersubordinasi dan hanay sebagai pelayan baik dirumah maupun maupun dimasyarakat juga berlaku dipabrik.

doc.hukm keadilan gender. kompas